source : news.liputan6.com |
Topan Haiyan menyerbu Filipina pada 8 November 2013 lalu dan menyapu ribuan rumah hingga rata dengan tanah. Tak tanggung-tanggung sekitar 10ribu orang menjadi korban dari bencana itu.
Melihat berita mengenai bencana itu di televisi maupun di internet membuatku mengingat bencana Tsunami yang pernah terjadi di Aceh beberapa tahun yang lalu. Tsunami yang telah berlalu tapi masih meninggalkan bekas trauma pada para survivor disana.
Pagi ini aku melihat sebuah berita di Kompas.com tentang anak-anak yang selamat dari bencana topan. Anak-anak itu beruntung Tuhan memilihnya sebagai orang yang selamat dari bencana. Tapi mereka butuh lebih banyak keberuntungan untuk melanjutkan hidup sesudahnya. Kehilangan tempat tinggal, kehilangan orang tua, sekolah mereka hilang, betapa mentari pagi tak mampu menggurat senyum di wajah mereka. Hanya tangis tak henti sambil menunggu evakuasi yang tak jelas pasti. Kehilangan dan kelaparan. Penjarahan dimana-mana. Para korban mencari sisa-sisa makanan dari puing-puing rumah yang runtuh dan menemukan jasad pemiliknya disana. Mereka bahkan mencuri dari orang mati. Sebuah bencana mampu membuat orang kehilangan martabatnya.
Tulisan ini aku tulis seiring dengan doa untuk para korban Topan Haiyan disana. Baik yang selamat maupun hilang dengan jasad yang terkubur puing-puing kota. Semoga kehidupan warga Tacloban akan jauh lebih baik. Semoga dikuatkan. Tegar dan Sabar. Betapa bencana dapat membuat kita lebih bersyukur akan apa yang kita jalani.
Ketika aku membuka mata pagi ini, aku masih berada di kasur yang nyaman. Tapi aku menggerutu karena harus mulai bekerja kembali. Padahal di Toclahoma tiap hari berjalan dengan horor yang sama.
source : theglobejournal.com |
Ketika aku harus berdesak-desakan di dalam kereta. Sampai kakiku pernah remuk karenanya. Aku mengeluh. Padahal setidaknya aku masih dalam kondisi kenyang dan kuat. Sedangkan survivor di Toclahoma juga sedang berdesakan mengantri giliran evakuasi dan menanti bantuan.
source : asatunews.com |
Ketika aku merasa sedih karena dikecewakan orang yang aku cintai. Hingga aku merasa bahagia itu tidak bisa lagi dipilih. Padahal korban Topan Haiyan itu lebih tersayat hatinya karena kehilangan sanak saudara, pasangan, dan anak sekaligus.
source : dunia.news.viva.co.id |
Betapa kesedihanku tidak apa-apanya dibanding mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar