Spanduk yang menampilkan foto Soeharto |
INDONESIA dalam rezim Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) adalah rezim korup. Era reformasi
Indonesia terjadi karena tekanan dari pemerintahan yang otoriter dan kondisi
ekonomi yang krisis.
Apabila
kita melakukan kilas balik, era reformasi diawali oleh Habibie yang
menggantikan Soeharto sebagai presiden. Pada masanya yang merupakan era
transisi, Habibie melakukan perbaikan-perbaikan dalam ekonomi makro dan hukum.
Habibie mampu menekan inflasi dan kurs valuta juga mendesak untuk mengeluarkan
Undang-Undang untuk mengisi kekosongan hukum. Namun masa kepemimpinannya hanya
berumur 1 tahun 9 bulan. Setelah itu kursi presiden beralih kepada Gusdur.
Pada era
Gusdur, ekonomi dan politik Indonesia terhitung stabil. Namun Gusdur tidak
menekankan pada pertumbuhan ekonomi. Dia lebih menekankan kepada pembangunan
masyarakat madani. Ide masyarakat pluralism yang dia cita-citakan terbentuk
dengan cepat. Hasilnya, civil society berkembang pesat. Tapi devisa Negara berkurang
dan kas Negara pun menipis. Singkat cerita rezim Gusdur pun berakhir dan
dilanjutkan oleh Megawati.
Mega menerima
warisan dan masyarakat yang madani. Namun dengan kas Negara yang hampir bangkrut.
Akhirnya rezim Mega berpusat kepada pertumbuhan ekonomi. Kas Negara dipenuhi
dalam upaya penyelamatan Indonesia dari kebangkrutan. Perlahan tapi pasti, perekonomian
semakin membaik.
Setelah
rezim mega,lanjutlah rezim SBY yang berduet dengan Jusuf Kalla. Harapan
masyarakat sangat tinggi kepada pasangan tersebut. Meskipun banyak hambatan
dalam RI, namun RI tetap bertahan. Sampai pada akhirnya SBY memimpin sendirian
tanpa JK. Saat itu mulailah terjadi perkara-perkara politik yang melibatkan
namanya. Kasus korupsi sebesar Rp 6,7 Triliun terbongkar. Setelah itu satu
persatu kasus korupsi seperti Gayus, Andi Nurpati, Nazarudin, Angelina Sondakh,
dan baru-baru ini Andi Mallarangeng terkuak. Rezim SBY dinodai oleh perkara
korupsi yang dilakukan kader partainya sendiri. Citranya hancur, partainya
rusak. Masyarakat jauh dari sejahtera. Setiap hari protes dan menghina
presidennya yang ingin menaikkan harga BBM dengan bebas dan puas.
Rindu Soeharto
Indonesia
yang semakin carut-marut membuka kembali ingatan masyarakat pada sebelum era
reformasi. Ya, Rezim Soeharto yang otoriter. Tidak sedikit masyarakat yang
berpendapat bahwa era Soeharto dulu lebih baik dari saat ini. Bagaimana tidak?
Pada rezim Soeharto kita jarang merasakan keributan antarsuku. Korupsi walau
sudah ada tapi tidak dibuka secara umum karena terkekangnya kebebasan pers.
Demonstrasi selalu berjalan dengan baik dan terkoordinasi. Harga-harga
kebutuhan pokok relatif terjangkau. Pokoknya masyarakat damai tanpa perlu
dipusingkan dengan masalah hutang Negara yang kian lama kian menumpuk. Hal
tersebut sangat jauh dari gambaran Indonesia saat ini. Hal itu membuat banyak
masyarakat bependapat bahwa era Soeharto lebih enak daripada era Reformasi.
Namun yang menjadi pertanyaan, apakah benar seperti itu? Rezim Soeharto lebih
enak, iyakah?
Tidak Sama Sekali
Apabila
kita melihat pemerintahan Soeharto secara kasat mata mungkin kita akan
mengatakan bahwa era Soeharto memang lebih enak. Tapi menurut saya, tidak.
Rezim Soeharto tidak lebih baik daripada rezim-rezim setelahnya.
Hal itu
karena menurut saya dibalik Indonesia yang tenang justru terjadi perbudakan. Tidak
ada yang disebut dengan kebebasan pers. Pada saat itu kantor berita yang melakukan
pemberitaan mengenai buruknya pemerintahan akan diadili secara tertutup. Hanya
kantor berita yang memiliki SIUPP (Surat Ijin Usaha Penerbitan Pers) yang bisa bebas
memberitakan apa saja asalkan lolos dari Menteri Penerangan. Penegakkan HAM
pada jaman Soeharto sangat lemah. Masyarakat seakan ditakut-takuti dan
kebebasan berpendapatnya dipasung. Masyarakat memang sejahtera pada rezimnya,
namun masyarakat seolah seperti kerbau yang dicocok hidungnya. Harus mengikuti
kemana saja arah pengembala. Tidak punya suara dan diperbudak. Siapa saja yang
mencoba melawan, esok harinya tidak akan ditemui di warung-warung kopi pagi
menikmati hidup sejahtera seperti warga lainnya.
Lalu apakah
rezim setelahnya lebih baik? Terutama era SBY. Menurut saya seburuk-buruknya
kinerja SBY masih lebih buruk era Soeharto. Keduanya memiliki sejarah korupsi
terbesar dalam pemerintahan di Indonesia. Namun kasus korupsi era SBY
disebarluaskan dan mendapat hukum sosial dari masyarakat. Kasus tersebut
diselesaikan tuntas demi memenuhi tuntutan masyarakat. Begitu pula kasus
Century, Hambalang, hingga peseteruan antara KPK dengan Polri semua dipantau
langsung oleh rakyat. Memang kesejahteraan rakyat tidak terjamin. Belum ada
rasa aman di hati rakyat Indonesia bahkan untuk kepastian sarapan paginya. Tapi
rakyat punya suara. Rakyat tidak diperbudak oleh pemerintah. Rakyat yang pada
era Soeharto merupakan masyarakat penurut berubah menjadi masyarakat demokrasi
yang kritis terhadap segala gerak-gerik pemerintah.
Hal itulah
yang membuat saya berfikir rezim Soeharto tidaklah lebih baik dari sekarang. Saya
teringat salah satu kutipan oleh Jean Jacques Rousseau, seorang filsuf dan penulis asal Swiss pada abad
pencerahan. Dia berkata “I prefer liberty with danger than peace with slavery.” Kira-kira
artinya adalah “Aku lebih memilih hidup bebas namun penuh bahaya daripada hidup
damai dan tenang namun dalam perbudakan”
PEMILU akan terjadi setahun
lagi. Itu artinya masih tersisa waktu satu tahun bagi SBY untuk membenahi citra
dirinya yang sudah melekat sebagai pemimpin yang lemah, tidak tegas, dan korup.
Namun bicara Indonesia bukan hanya berbicara pemimpinnya. Tapi juga rakyatnya.
SBY beruntung memiliki rakyat yang perhatian dan siap mendampingi
pemerintahannya. Bila ada satu kelebihan SBY adalah tidak mengekang kebebasan
rakyatnya. Itu lebih baik daripada rezim Soeharto. Era SBY adalah zona tidak
nyaman sedangkan era Soeharto adalah zona nyaman. Rasanya dipenghujung tulisan
ini saya ingin tutup dengan satu kutipan “ Tidak ada perkembangan di zona
nyaman. Dan tidak ada kenyamanan di zona berkembang.”
Jadi masih berpikir rezim
Soeharto lebih baik? (Jessi Carina)
bagi saya lebih asyik pada rezim rezim soeharto,,, dan yg akn melanjutknx pd th 2014 bsok adalah prabowo yg tidak lain tidak bukan adalah menantu soeharto,,,, dan dy memiliki darah keturunan dg mempin mirip dg soeharto
BalasHapusEnak jaman Soeharto: Memang demokrasi saat ini sedang bebas dan memang bebas ngomong apa saja, tapi hal ini penting bagi orang yang mengganggap demokrasi bisa memenuhi kebutuhan hidup.
BalasHapusPertanian: Tanyakan saja pada petani, jaman Soeharto Pupuk mudah di temukan, disubsidi bahkan di hutangi dan akan di bayar setelah panen. Saat ini pupuk susah ditemukan bahkan harganya sangat mahal. Produk-produk buah asing membanjiri Indonesia dengan harga yang sangat murah sehingga merugikan petani Indonesia, contohnya jeruk mandarin yang mematikan jeruk medan, apel washington dll.
Keamanan: Preman ada dimana-mana, setiap pagi malakin orang pergi ke pasar, bahkan banyak aparat yang menjadi beking preman. Preman di jaman Soeharto dijamin tidak akan pernah mengganggu masyarakat. Bagi Soeharto, menjadi preman bukan masalah kebutuhan ekonomi tetapi terjaminya rasa aman masyarakat.
Politik: Pemerintahan yang tidak legitimate karena sering terjebak dalam korupsi, demonstrasi yang merugikan pedagang-pedagang kelas bawah, sopir angkot dll karena memacetkan jalan. Hak ini sangat mengganggu stabilitas ekonomi masyarakat
Hukum: Lebih Tegas dan Berwibawa
""" Makan Dulu Lalu Silahkan Bicara Demokrasi""""
Dan yang pasti..moral serta cinta tanah air seaakan mulai luntur....ingat runtuhnya rezim soeharto salah satu didalangi pihak asing yg hanya ingin menguasai ekonomi Indonesia Dan teknologi Indonesia yg mulai berkembang...mana buatan Indonesia
BalasHapus