Senin, 15 Oktober 2012

Akademi Merdeka IX


Segala sesuatu tentu memiliki sisi positif dan negatif. Salah apabila kita meilhat permasalahan dari satu sisi saja. Begitupula dalam hal idealisme. Selama ini saya kenal ideologi sosialis yang dekat dengan komunisme. Dimana "sama rata sama rasa" menjadi slogannya. Kemudian ada pula ideologi Marxis yang menyuarakan hak kaum marjinal dan membenci kapitalisme. Tak tertinggal juga ideologi Liberalisme, sebuah ideologi yang mengusung kebebasan individu. Masih banyak ideologi yang ada di dunia ini. Namun, dari ketiga ideologi tersebut kira-kira saya paling salah sangka terhadap Liberalisme. Bagaimana tidak? Salah satu komunitas islam mengusung ideologi yang satu ini sebagai dasar pemikirannya. Aneh bagiku karena menurutku Islam itu tidak liberal. Walaupun tentu menghargai kebebasan.

Adalah Akademi Merdeka sebuah projek yang diusahakan oleh IDEAS Malaysia dan Freedom Institute Jakarta yang bertujuan untuk mempromosikan fahaman libertarianisme seperti pasaran bebas, keamanan dan kebebasan dalam Bahasa Melayu dan Bahasa Indonesia. Projek ini dibiayai oleh Atlas Global Initiative for Free Trade, Peace and Prosperity. Selain bertindak sebagai platform untuk penyebaran fahaman libertarianisme di Nusantara terutama di negara Indonesia, Malaysia, Singapura dan Brunei, Akademi Merdeka juga dapat menjadi menjadi platform bagi pendukung libertarian untuk memikirkan bersama masalah-masalah sosial, politik dan ekonomi di rantau ini dan mencadangkan penyelesaiannya.

Beberapa minggu yang lalu tepatnya tanggal 1 - 3 Oktober 2012, Freedom Institute kembali menggelar "sekolah liberal" Akademi Merdeka yang kesembilan. Sebanyak 20 peserta telah terpilih dari seluruh universitas di Indonesia. Diantaranya Universitas Indonesia, Institute Teknologi Bandung, Universitas Padjajaran, Universitas Nasional, Universitas Islam "45" Bekasi, Universitas Paramadina, Universitas Negeri Jakarta, Sampoerna School Foundation dan Universitas Islam Negeri Jakarta. Mereka mengikuti kegiatan ini di Hotel Enhaii Bandung. Akademi Merdeka IX ini mengusung tema "Kebijakan Sosial dan Kebebasan Individu". Menggunakan tema tersebut, peserta diarahkan untuk melakukan diskusi dan debat terbuka. Tentunya debat dan diskusi dengan cara seorang liberal.

Bagaimana Diskusi dan Debat Seorang Liberal?
Akademi Merdeka secara tidak langsung mengajarkan peserta bagaimana berdiskusi dengan cara-cara liberal. Kira-kira ada delapan prinsip penting mengenai hal tersebut, diantaranya :
  1. Jadilah penyimak aktif. Terus menyimak apa yang diutarakan pembicara lain. Bukan hanya mencari-cari kesempatan "mengirimkan serangan" terhadap argumen yang mereka utarakan.
  2. Perlakukan kolega kita dengan terhormat. Artinya kita memperlakukan mereka sebagai sesama kaum liberal. Menghormati argumen mereka dalam perspektif yang mereka anut.
  3. Jangan melibatkan diri ke dalam polemik, tetapi masuk ke dalam wacana rasional yang lebih mengutamakan kemampuan nalar kita.
  4. Selalu berlaku skeptis terhadap orang-orang yang mengaku tahu apa itu kebenaran.
  5. Selalu menegagkkan prinsip kebebasan berekspresi.
  6. Selalu toleransi terhadap pendapat lawan.
  7. Menjadi liberal juga berarti bersikap politis.
  8. Bagi kaum liberal, mengedepankan sikap praktis dan kompromistis adalah sangat penting.
Kegagalan dalam menerapkan standar ini akan berakibat pada pelemahan sendi-sendi penting liberalisme.

Kebijakan Sosial dan Subsidi BBM
Millenium Development Goals (MDG's) adalah Deklarasi Milenium hasil kesepakatan kepala negara dan perwakilan dari 189 negara Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang mulai dijalankan pada September 2000, berupa delapan butir tujuan untuk dicapai pada tahun 2015. Targetnya adalah tercapai kesejahteraan rakyat dan pembangunan masyarakat pada 2015. 

Akademi Merdeka mengangkat topik seputar kebijakan sosial versi MDG's. Topik yang diarahkan tentu bagaimana seorang liberal melihat kebijakan sosial seperti itu.
Sebagai awal kita harus bertanya mengapa sebuah negara berkembang perlu MDG's? Seperti yang kita tahu MDG's semacam indikator keberhasilan sebuah negara. Berdasarkan diskusi diketahui MDG's ada karena mekanisme pasar yang gagal sehingga perlu adanya interfensi dari negara lain. Supaya negara berkembang  dapat bekerja sama dengan negara maju.

Sebagai upaya pemerintah dalam mencapai MDG's ini adalah dengan menarik subsidi BBM. Subsidi BBM melalui sudut pandang seorang liberal adalah merendahkan nilai barang yang mahal. Maksudnya, BBM itu memang berharga mahal dengan adanya subsidi nilai barang BBM menjadi rendah. Rainer Erkens perwakilan dari Friedrich Naumann Foundation for Freedom yang berkebangsaan Jerman berkata, "If i have a car, so why must you who should pay my petrol?". Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan paham liberal memang mengedepankan hak kepemilikan. Selain itu pemberian BBM memang seringkali tidak tepat sasaran. Selain karena kurangnya kesadaran, kategori yang pantas menggunakan BBM sendiri masih abstrak dan belum ada yang menentukan.

Kebebasan Individu dan Hak Kepemilikan
Setelah berdiskusi mengenai kebijakan MDG's, para peserta juga mempelajari prinsip-prinsip kebebasan disana. Salah satu poin penting dalam pemikiran liberalisme adalah mengenai hak milik. Apa yang dimiliki manusia saat ini adalah hasil usaha yang dia keluarkan. Oleh karena itu apa yang manusia miliki merupakan kebebasan pemilik sepenuhnya. Liberalisme merupakan pemikiran yang mengakui segala bentuk fitrah manusia. Termasuk fitrah keserakahan dan tidak puasnya. Namun, mengakui bukan berarti mentolerir atau menyetujui. Liberalisme mengakui keserakahan oleh karena itu mengakui pula adanya hak kepemilikan. Sebagai bentuk kebebasan manusia untuk memiliki apa yang mereka mau. Asalkan tidak mengambil hak orang lain. "Kita adalah pengikut nabi, namun kita bukan nabi", kata Rofi salah seorang fasilitator disana.

Setiap manusia memiliki kebebasan individu, namun kebebasan itu bertabrakan dengan kebebasan orang lain. Liberalisme yang diajarkan disana menekankan kepada kebebasan yang bertanggung jawab. Batasan liberalisme adalah kebebasan orang lain.

Selama debat dan diskusi terdapat banyak perbedaan pendapat diantara peserta. Peserta yang merupakan mahasiswa juga membandingkan liberalisme dengan ideologi lain seperti sosialis. Hal ini menjadi perdebatan menarik. Kenapa? Karena pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa perpaduan ideologi itu perlu. 

Akademi Merdeka ini sudah diadakan sebanyak 9 kali. Peserta Akademi Merdeka Bandung merupakan angkatan yang kesembilan. Pada akhir kegiatan terpilihlah ketua angkatan dari Universitas Islam Negeri Jakarta.

Sebagai tambahan, pendapat pribadi saya mengenai kegiatan Akademi Merdeka sangat positif. Mengikuti kegiatan ini tidak berarti harus sepaham dengan ideologinya. Setidaknya kegiatan ini membuat saya tidak salah sangka lagi dengan liberalisme. Melalui kegiatan ini saya dapat menambah teman baru dan mengetahui bahwa liberalisme itu menyenangkan. Pada akhirnya untuk dapat menilai objektif, kita harus melihat segala sesuatu dengan lebih dekat, bukan?
---------------------------------------------------------------------------


Tidak ada komentar:

Posting Komentar